
🧠 Psikologi Modern: Kenapa Otak Cepat Melupakan Kata-Kata
Otak itu bukan mesin perekam. Dia lebih mirip editor yang super kritis. Dari ribuan informasi yang masuk setiap hari, hanya segelintir yang disimpan jangka panjang. Kenapa?
- Energi terbatas – mengingat semuanya bikin otak overload.
- Seleksi relevansi – otak nanya: “Apakah ini penting buat saya?” Kalau jawabannya tidak, informasi langsung dibuang.
- Emosi sebagai lem – informasi tanpa emosi nggak punya “perekat,” jadi mudah menguap.
Itulah sebabnya kamu bisa lupa isi rapat semalam, tapi masih ingat cerita konyol teman SMA bertahun-tahun lalu.
🎯 Motif Topik Ini: Kenapa Bicara yang Diingat Itu Penting
Sekarang pertanyaan penting: kenapa kamu harus repot-repot belajar cara bicara supaya diingat?
Jawabannya simpel: karena di dunia ini, yang diingatlah yang dihargai.
- Dalam karier, orang yang bisa bicara jelas, berkesan, dan membekas akan lebih cepat naik level dibanding mereka yang hanya pintar kerja diam-diam.
- Dalam hubungan sosial, kamu nggak butuh seribu teman, kamu butuh teman yang merasa pesannya “nyantol” ketika ngobrol denganmu.
- Dalam kepemimpinan, kemampuan memengaruhi orang lain bukan soal jabatan, tapi soal kata-kata yang mereka bawa pulang setelah mendengar kamu bicara.
Jadi, ini bukan sekadar skill tambahan. Kemampuan bicara yang diingat orang adalah senjata hidup.
🛠️ Teknik SHARE: Senjata Bicara Biar Melekat di Ingatan
Nah, inilah intinya. Yashir Khan kasih formula sederhana tapi powerful: SHARE.
Mari kita bedah satu per satu, dengan contoh nyata supaya gampang dipahami.
📖 1. Story (Cerita)
Kenapa cerita begitu ampuh? Karena sejak kecil, otak kita dibentuk untuk belajar lewat kisah. Cerita bikin data abstrak jadi hidup.
Bayangkan dua cara menyampaikan informasi:
- “70% startup gagal di tahun pertama.”
- “Bayangkan kamu udah ngutang, kerja 18 jam sehari, dan setahun kemudian bisnis kamu tutup. Itulah kenyataan yang dihadapi 70% startup.”
Versi kedua lebih membekas, kan? Itu kekuatan cerita.
😂 2. Humor (Humor)
Humor bukan berarti kamu harus jadi stand-up comedian. Humor adalah seni menurunkan ketegangan. Saat orang ketawa, otak mereka lebih terbuka.
Contoh: ketika presentasi yang kaku, kamu bisa selipkan komentar ringan, “Kalau angka-angka ini bikin pusing, tenang… saya juga sempat mimpi buruk pas bikin slide ini.” Itu bikin audiens merasa dekat denganmu.
🔗 3. Analogies (Analogi)
Analogi itu jembatan antara sesuatu yang rumit dengan hal yang sudah dikenal.
Contoh: menjelaskan cloud computing kepada orang awam bisa susah. Tapi kalau kamu bilang, “Cloud itu kayak Netflix buat data. Kamu nggak perlu punya semua DVD, cukup streaming kapan aja dan di mana aja.” – boom, orang langsung paham.
🎯 4. Relevance (Relevansi)
Otak akan selalu nanya: “Apa hubungannya sama gue?” Kalau kamu gagal menjawab itu, audiens akan mengabaikanmu.
Misalnya, ketika bicara soal pentingnya menabung. Kalau kamu bilang, “Menabung penting karena inflasi meningkat,” itu mungkin terasa abstrak. Tapi kalau kamu bilang, “Kalau kamu nabung 20 ribu per hari, dalam setahun bisa cukup buat ganti HP baru,” orang langsung merasa dekat dengan pesannya.
❤️ 5. Emotion (Emosi)
Emosi adalah lem yang bikin pesan menempel. Kata-kata yang bikin orang merasakan sesuatu—takut, marah, terinspirasi, bahagia—akan jauh lebih diingat.
Misalnya, pidato Martin Luther King “I Have a Dream.” Itu bukan sekadar rencana politik. Itu adalah seruan emosional yang bikin jutaan orang tergerak.
🧪 Kenapa SHARE Bekerja: Bukti dari Psikologi Modern
SHARE bukan sekadar trik komunikasi, tapi sesuai banget dengan cara kerja otak.
- Story & Emotion → memicu hippocampus, bagian otak yang mengatur memori jangka panjang.
- Humor → melepaskan dopamin, bikin pesan lebih mudah diingat.
- Analogies & Relevance → menggunakan schema (kerangka berpikir) yang sudah ada, jadi otak nggak perlu kerja ekstra.
Inilah alasan kenapa SHARE efektif: dia bekerja bukan melawan otak, tapi bersama otak.
🚀 Bagaimana Kamu Bisa Menerapkannya Sehari-Hari
Oke, sekarang pertanyaan penting: gimana cara kita, anak muda (atau siapapun yang mau upgrade komunikasi), bisa praktek SHARE?
🎤 Saat Presentasi di Kampus atau Kantor
- Jangan langsung tembak data → mulai dengan cerita personal.
- Sisipkan 1–2 analogi yang relatable.
- Tutup dengan kalimat emosional, bukan hanya “Terima kasih.”
☕ Saat Nongkrong Sama Teman
- Cerita lucu selalu lebih diingat daripada gosip datar.
- Jadikan obrolan relevan dengan minat mereka.
- Kalau mau kasih nasihat, bungkus dengan humor atau analogi.
📱 Saat Posting di Media Sosial
- Gunakan cerita singkat di caption.
- Tambahkan sentuhan emosi.
- Bikin relevan dengan tren atau keseharian audiensmu.
🧑🏫 Catatan Mentorship: Bicaralah Bukan untuk Didengar, Tapi untuk Diingat
Banyak orang sibuk belajar public speaking supaya terlihat percaya diri. Padahal tujuan sebenarnya bukan cuma berdiri tegak atau suara lantang, tapi bagaimana pesanmu meninggalkan bekas.
Kamu nggak perlu jadi orator besar dulu. Mulailah dari lingkaran kecil: obrolan dengan sahabat, rapat kecil di kantor, bahkan posting singkat di WhatsApp Group keluarga. Latih terus teknik SHARE ini.
Dan ingat, bicara yang diingat itu bukan berarti manipulasi. Ini soal tanggung jawab. Kalau orang benar-benar mengingat kata-katamu, pastikan yang kamu tinggalkan adalah sesuatu yang membangun, bukan merusak.
✅ Penutup: Pilihan Ada di Kamu
Di era sekarang, semua orang bisa bicara. Tapi hanya sedikit yang kata-katanya diingat.
Yashir Khan dengan TEDx-nya kasih kita peta jalan: gunakan SHARE.
Pertanyaannya sekarang:
👉 Apakah kamu mau tetap jadi orang yang kata-katanya lewat begitu aja?
👉 Atau kamu mau jadi orang yang setiap kalimatnya menempel di kepala orang lain—dan mungkin mengubah hidup mereka?
Pilihan itu ada di kamu.
Bicaralah, bukan sekadar untuk didengar. Tapi untuk diingat.